Kian hanyut dilambung ombak,
Kian reput, mudahnya retak,
Mudah tersentak...
Dari terik mentari,
Sehingga pekat dinihari,
Bahtera ini acapkali dicemari,
Bahtera ini acapkali dicemari,
Seringkali dipandang sepi,
Oleh sang nakhoda,
Oleh sang nakhoda,
Yang mudah terlena .
Tika merentas samudera maya,
Tika menongkah arus dunia,
Beradu sembilan sama satu,
Kadang sungkur...
Kadang maju...
Kadang diam terus membatu .
Tika menongkah arus dunia,
Beradu sembilan sama satu,
Kadang sungkur...
Kadang maju...
Kadang diam terus membatu .
Pernah juga suatu ketika,
Bahtera ini disokong utuh,
Berdiri teguh,
Berdiri teguh,
Walau perit disanggah musuh..
Namun,
Ada waktu dibiar lompong,
Ada waktu terbiar kosong,
Saat dibiar, terbang melayang...
Sampaikan tidak lagi benderang!
Saat dibiar, terbang melayang...
Sampaikan tidak lagi benderang!
Lantaran itu....
Bahtera ini wajar disinari,
Bahtera ini wajar disinari,
Juga perlu dihiasi,
Dengan mutiara iman,
Dengan mutiara iman,
Pelengkap bahtera...
Kini nakhoda cuba berdiri,
Melempar muatan ke laut dalam..
Yang pernah mengisi bahtera ini,
Andai dibiar...pasti kan karam .
Yang pernah mengisi bahtera ini,
Andai dibiar...pasti kan karam .
nice poem !
ReplyDelete